ABSTRAK


Jika berbicara cinta rasanya rumit untuk didefinisikan apalagi jika cinta yang dibahas adalah cinta pada lawan jenis, seperti kisahku ini. Aku pernah menyukai atau mengagumi ahhh entahlah apa nama perasaan ini yang pasti rasanya aneh. Perasaan ini dapat membuatku menjadi senang, tapi tiba-tiba seketika membuatku sedih dan kadang-kadang membuat aku marah tanpa alasan. Hmmmm sungguh aneh, perasaan ini muncul pertama kali saat aku menemukan sosok yang menurutku kala itu matanya menyimpan kesejukan. Pada awalnya aku tidak pernah menyangka sosoknya akan lama hadir dan mewarnai hidupku, karena aku tidak pernah terlalu fokus pada hal-hal seperti itu sebelumnya, namun lambat laun ternyata aku mulai tertarik untuk memperhatikannya.  Kala itu aku sangat ingat aku dan dia berada dalam satu ruangan yang sama ketika ujian. Di sana ku mulai memperhatikan gerak-geriknya dan ku mulai mencari nama serta informas lain tentang dirinya.
Dari sinilah kisahku dimulai, di hari pertama ujian sekolah semester 1. Aku ingat percis saat itu aku baru menginjak kelas X. Di Sekolahku Ujian semester dilaksanakan dengan sistem pembagian kelas yang berbeda, jadi satu ruangan itu di isi oleh setengah siswa dari kelasku dan sisanya dari kelas lain atau dari tingkatan kelas yang berbeda, dimana nantinya kami akan duduk bersebelahan dengan kakak atau adik kelas yang pada umumnya kami tidak mengenal mereka. Hari sabtu kartu ujian mulai dibagikan, pada saat itu kami akan mencari ruangan tempat ujian, agar ketika hari Senin kami sudah tau kami harus masuk ke ruangan yang mana dan duduk di sebelah mana. Dari sanalah aku tau bahwa kelas kami digabung dengan kelas XII dan aku duduk bersampingan dengan kakak kelas perempuan.  Awalnya aku tak begitu memperhatikan dan tidak begitu memikirkan hal tersebut perkara kelasku akan ditempatkan dengan kelas berapa dan duduk berdampingan dengan siapa, yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya agar nilai ujianku bagus pada saat itu.
ujian hari pertama pun dimulai, ku sambut dengan penuh semangat. ketika ku mulai memasuki ruangan aku merasa asing dan ruangan pun tak ramai seperti di kelas pada biasanya. aku pun tak bisa banyak berbincang dengan temanku karena ada keterbatasan ketika kami harus duduk berdampingan dengan orang yang belum kami kenal. Akhirnya sembari menunggu pengawas ujian datang aku pun memilih diam dan memperhatikan satu persatu muka-muka tegang yang berada di ruangan itu, sampai pandanganku berhenti di satu titik yaitu aku tak sadar sedang memandang ke arah kiri sejajar barisanku, aku memandangi temanku yang bernama Gege dia seorang perempuan yang terkenal pintar di kelasku dan tentunya di angkatanku juga, namun sosok lelaki disebelahnya mengalihkan pandanganku. Entah mengapa aku merasa pernah bertemu dengannya tapi aku tak tahu persis dimana, lalu aku mulai mengingat-ngingatnya.
pengawas pun tiba dan sebelum memulai ujian kami berdo'a terlebih dahulu, entah kebetulan atau apa sosok laki-laki disebelah Gege adalah yang ditunjuk untuk memimpin do'a, disanalah aku teringat dimana aku pernah bertemu dengannya. Ya, ternyata aku memang pernah bertemu dengannya pada salah satu acara organisasi di sekolah kami, pada saat itu acara tersebut dilaksanakan di luar sekolah, dan aku teringat ia saat itu merupakan salah satu panitia dalam acara tersebut.
ujian hari pertama pun sudah berlalu, namun rasa penasaran masih menyelimuti siapakah sosok lelaki yang duduk di sebelah Gege? saat itu aku tak mempunyai keberanian untuk bertanya langsung pada Gege siapa yang duduk disebelahnya, karena aku yang dulu adalah tipe orang yang sangat tertutup dan jarang bercerita kehidupan pribadi pada sembarang orang, aku hanya akan bercerita pada teman yang hanya aku anggap sudah dekat sekali dan itu paling hanya satu-dua orang. Rasa penasaran itu masih terus hadir dalam benaku sampai ujian di hari ke dua, kala itu dia datang terlambat ketika kami sudah mulai memasuki ruangan namun untung saja pengawas belum datang. Disela-sela itu aku berdo'a di dalam hati semoga lembar absen akan di isi dari barisan paling kiri yaitu barisan tempat gege dan lelaki itu duduk, agar aku bisa tau siapa namanya melalui lembr absen itu. ujian hari ke dua pun telah selesai kami lalui, dan aku tak mendapatkan informasi apa pun tentangnya, namun ada harapan semoga esok akan ada sebuah titik terang.
ujian pun memasuki hari ke tiga, rasa penasaran tentang dirinya belum padam sedikit pun, dalam keheningan aku pun secara tidak sadar sering mencuri pandang padanya. sosoknnya begitu menyejukan hati, entahlah itu yang aku rasakan saat melihatnya mungkin karena ia selalu menebar senyuman :) aku tak mengerti ada sesuatu dalam dirinya yang memikat hatiku. saat itu adalah hal yang tak akan pernah aku lupakan karena do'aku di hari sebelumnya terkabul lembar absen di isi dari barisan sebelah kiri terlebih dahulu, tak seperti biasanya dimana dua hari sebelumnya lembar absen selalu di isi dari nomer urut pertama alias dari barisan tempat aku duduk tapi hari ini datang sebuah keajaiban entah apa yang merasuki pengawas pada saat itu. Aaaaaaaah ingin rasanya aku menjerit saking tak sabar menanti lembar absen itu tiba di mejaku, aku sudah mengingat nomor absennya yaitu no 19. sembari menunggu waktu itu tiba aku tak boleh melupakan bahwa saat itu aku masih harus fokus mengerjakan soal ujianku.
lembar absen itu sudah ada di depanku, aku mencoba untuk tetap tenang dan berusaha untuk menyembunyikan perasaanku yang begitu membuncah. Saat aku mulai mengisi lembar absen di no urut ke 8 lalu aku pun mencoba melihat nama dari no urut 19 kelas XII dan pada saat itulah aku tahu namanya. hatiku berdebar saat itu, mungkin aku tak sadar dan tak bisa menahan untuk tak tersenyum, inginnya sih teriak tapi itu tak mungkin karena ruangan ini begitu hening dan sekaligus mengingatkanku kembali bahwa aku berada diantara aura-aura ketegangan dan itu mebuatku kembali sadar jika aku harus menyelesaikan ujianku hari itu. Tak ku sangka nama itu adalah nama yang akan selalu mengisi otaku, karena namanya begitu indah seperti orangnya. Namanya adalah Haha.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perpisahan

Ternyata

Ditolak