Postingan

Surat untukmu

Sepucuk surat untukmu Ini adalah sepucuk surat yang mungkin hanya bisa aku tulis di sini, aku tak punya nyali untuk mengirimnya langsung kepadamu seperti waktu itu.  Kali ini aku hanya mengandalakan kekuatan takdir, jika takdir memang mengizinkanmu untuk membaca ini, maka suatu saat nanti kamu pasti akan sampai pada halaman surat ini. Tapi jika ternyata kamu tak ditakdirkan untuk membaca surat ini, tak apa biarkan selamanya surat ini menjadi surat yang tak pernah tersampaikan pada tujuannya. Aku akan memulai baris pertama surat ini dengan menanyakan bagaimana kabarmu saat ini? Sebuah pembuka surat yang nampaknya tamplate banget ya hehe. Bingung aku harus mulai basa basi dari mana sebenernya. Tapi jujur banyak banget yang ingin aku sampaikan padamu.  Mungkin aku akan memulainya dengan mengajakmu bernostalgia, apakah kamu masih mengingatku? Aku adalah seseorang yang dulu bahkan sampai saat ini masih mengagumi puisi 8 lembarmu itu wkwk tak peduli puisi itu murni karyamu atau buka...

Cerita Kali ini Bukan Tentangmu

Ada yang lebih menarik darimu saat ini Ada yang lebih seru untuk aku ceritakan selain ceritamu Ada kata-kata yang terus terngiang-ngiang dalam pikiranku, dan itu bukan lagi kata-kata darimu Ada sesuatu yang lebih membuatku penasaran, Tapi bukan tentangmu Ada yang membuatku rindu, dan sialnya kerinduan itu mengingatkanku padamu  Wkwkwkwkwk Ada yang bisa nebak siapa dia? Daaaaaan dia adalah buku-bukuku haha. Aku emang suka baca buku dari kecil, tapi bukan tipe yang kutu buku banget. Aku baca buku karena aku butuh biasanya. Jadi aku tuh terbiasa menjadikan buku sebagai salah satu obat atau tempat untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan di otakku yang belum terjawab. Intinya tiap aku galau pasti aku akan cari buku yang kira-kira bisa menjawab kegalauanku, kalo aku bosen aku akan cari buku yang bisa menghiburku, kalo aku merasa bingung sama hidup aku akan cari buku yang bisa menjawab kebingunganku, kalo aku lagi jatuh cinta aku juga bakal cari buku yang bisa menemaniku merasakan per...

Ternyata

Sekarang aku tahu kenapa Allah tak mentakdirkanku menjadi seorang psikolog. Karena ternyata jadi seorang piskolog itu berat ya... Mendengar seseorang yang aku sayangi ingin menyerah saja rasanya ternyata mengerikan, itu baru satu orang. Kebayang seorang psikolog yang setiap harinya berhadapan dengan kata-kata itu. Ribuan kali kata-kata ingin menyerah itu datang menghampiri, bagaimana ya rasanya?  Yaps cita-citaku sedari SMP adalah menjadi seorang psikolog ( Baca tulisan ini ). Entahlah cita-cita itu sampai detik ini masih tersimpan baik dalam diriku, bahkan selepas lulus s1, aku ada kepikiran untuk kuliah s1 lagi di jurusan psikologi. Alasannya sederhana sih karena aku senang mempelajari ilmu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia. Namun cita-cita tersebut nampaknya harus aku pendam atau bahkan harus aku kubur karena ternyata banyak prioritas lain yang harus aku dahulukan.  Aku memang sangat senang sekali jika ada seseorang yang percaya padaku untuk menceritakan keluh kesa...

Aku Keren?

Hai hai hai, malem-malem gini emang suka tiba-tiba kepikiran pengen nulisin sesuatu. Yaps mau cerita dikit jadi malam ini tuh aku tiba-tiba di chat gitu sama temen s1 ku dulu. Sekarang dia lagi lanjut s2 isi chatnya adalah dia menyampaikan salam dari dosen pembimbing s2nya. Yaps aku kenal sama dosen s2nya itu di salah satu lomba dan kebetulan banget beliau adalah jurinya. Jadi waktu lomba itu dosen tersebut memang kelihatannya tertarik sama projek yang aku buat. Gimana aku gak bangga sama diriku, belum s2 aja udah dilirik dosen s2 nya wkwkwk ternyata aku keren juga ya, jadi selama ini bukan aku yang gak keren tapi kamunya aja yang gk bisa liat sisi keren aku. Iiih apa sih wkwk. SERIUS GAK MAKSUD SOMBONG TAPI MEMANG AKU KEREN HAHA.  Ok lanjut bukan itu yang ingin aku sampaikan. Tapi malam ini aku mau sedikit cerita tentang projek yang aku buat dan beberapa keresahannya. Jadi waktu itu aku sempat mengikuti salah satu lomba kreasi guru. Awalnya hanya sekedar memenuhi kuota di tingkat ...

Lagi Pengen Nulis Aja

Hai apa kabar? Sudah lama tak berbagi cerita. Malam ini entah kenapa aku tiba-tiba ingin nulis. Jujur aja belakangan ini aku tuh lagi bingung dan terus bertanya-tanya terkait masalah makan bergizi gratis untuk anak-anak sekolah. Banyak banget pertanyaan-pertanyaan seputar masalah ini yang muncul di otak aku. Dari awal program ini diajukan saat masa-masa kampanye pertanyaan yang muncul pertama kali tuh "Tujuan utama program ini apa sih sebenernya?" Entah mengapa sejak masa-masa debat program capres dan cawapres program ini tuh kurang meyakinkan aja buat aku. Aku paham pentingnya gizi yang seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, dan program ini juga sebenarnya bagus, kalau memang bisa terlaksana dengan baik. Tapi yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah aku mempertanyakan masalah teknisnya. Bagaimana program tersebut akan dijalankan, teknisnya seperti apa? Karena membayangkannya saja menurutku program ini akan ribet. Aku dulu mikir, kalo program ini dijalankan, kebayan...

Perpisahan

Hai, pada akhirnya kita berjumpa juga ya. ku pikir aku tak akan pernah berjumpa denganmu. ternyata pertemuan denganmu membuatku sesak, benar-benar sesak. Omongan-omongan di luar sana tentangmu ternyata benar ya, kau sangat meresahkan. bahkan sampai detik ini aku masih suka betanya-tanya kenapa kau hadir menghampiri? mengapa kau membuat semuanya berantakan? dan mengapa kau merenggut dia dariku? ah sudahlah percuma saja aku bertanya padamu, kau tetap tak akan pernah bisa untuk mengembalikan semuanya seperti semula. Tapi di sisi lain aku sangat berterimakasih padamu. Karenamu aku menyadari suatu hal bahwa ternyata kau ingin memberitahuku bahwa selama ini aku telah tersesat dan kehilangan jati diriku. Kau ingin aku sadar bahwa aku sudah melampaui batas dan saatnya untuk kembali mencari jalan yang benar untuk sampai pada tujuan yang ingin ku capai.  Aku tak pernah menyalahkanmu, aku pun berusaha tak menyalahkan siapapun atas kejadian ini, namun bodohnya aku, aku malah pernah menyalahkan...

Perjalanan

Gambar
Akan selalu ku ingat momen saat pertama kali kau menyapaku. Hari itu tak pernah terpikir olehku sebagai hari yang akan mengantarkan kita pada hari ini. Kau ingat ekspresiku yang kebingungan saat kau menayakan kisah masa kecil kita? Saat itu aku mulai memikirkanmu. Hei tapi jangan salah faham yang aku pikirkan saat itu adalah siapakah dirimu? Mengapa kau mengenal masa kecilku, karena sekuat apapun aku mengingat masa kecilku, dirimu sama sekali tak ada dalam rekaman memoriku. Aku masih tak percaya kau bisa dengan mudahnya meyakinkanku. Entah aku yang bodoh, mudah percaya padamu atau dirimu yang terlalu pandai meluluhkan hatiku? Tapi jika aku bodoh sepertinya kamu lebih bodoh dariku, karena mau-maunya kamu melibatkan dirimu untuk masuk dalam duniaku yang penuh dengan derama. Lebih bodohnya lagi mengapa kamu yakin ingin hidup bersama denganku, seseorang yang baru kamu kenal beberapa hari kala itu? Ingatkah saat pertama kalinya dirimu menemui orang tuaku? momen itu adalah momen paling berse...